Mengulik Manuda Health Care: Pembelajaran Tefa yang Aplikatif

Daftar Isi
Salah satu layanan di Manuda Health Care (MHC) Tefa di SMK Ma'arif NU 2 Ajibarang.
Salah satu layanan di Manuda Health Care (MHC) Tefa di SMK Ma'arif NU 2 Ajibarang.

BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan jenjang pendidikan yang menitikberatkan pada pengembangan kompetensi peserta didik sesuai dengan program keahlian. SMK memiliki tugas dan fungsi untuk menghasilkan lulusan siap kerja sesuai dengan dinamika dunia kerja. Strategi penguatan link and match dan peraturan lainnya turut berusaha dalam meningkatkan kualitas kerja SMK agar lebih responsif terhadap ketenagakerjaan, salah satunya melalui pengembangan Teaching Factory (Tefa). 

Penerapan Tefa di SMK merupakan bagian dari amanat Undang-undang Nomor 20 Tahun 2023 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang lebih lanjut dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2015 tentang Pengembangan Sumber Daya Industri. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa penyelenggaraan pendidikan vokasi industri berbasis kompetensi harus dilengkapi dengan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP), pabrik dalam sekolah, dan Tempat Uji Kompetensi (TUK). Pabrik dalam sekolah inilah yang dimaksud dengan Tefa.

Tefa merupakan suatu produk yang telah dianalisis kompetensi serta dikondisikan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah disesuaikan dengan dunia kerja. Tefa yang dikelola dengan baik dapat membangun kompetensi, karakter, dan kesiapan kerja peserta didik. Salah satu Tefa yang dikembangkan oleh SMK Ma’arif NU 2 Ajibarang (SMK Manuda) adalah Tefa Manuda Health Care (MHC) yang dikelola oleh program keahlian Layanan Kesehatan (LK). 

MHC bergerak pada bidang pelayanan kesehatan dan kecantikan bagi masyarakat. Tefa dikembangkan dengan model pembelajaran Tefa yang dikemas oleh Tim Kurikulum agar mampu membekali peserta didik dalam memberikan pelayanan MHC kepada masyarakat. Model pembelajaran Tefa mengadaptasi sistem dan prosedur industri ke dalam lingkungan sekolah. 

Ragil Aminudin, selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum menekankan bahwa tujuan utama pembelajaran Tefa adalah untuk membekali peserta didik agar mengalami proses yang relevan dengan dunia kerja. Menurutnya, Tefa yang dikembangkan di SMK Ma’arif NU 2 Ajibarang adalah pembelajaran yang menggabungkan antara teori dan praktik langsung menggunakan standar industri. Guru diarahkan untuk melakukan pelatihan terlebih dahulu sebelum memberikan pelatihan. 

"Tefa itu kan gabungan teori dan praktik dengan standar industri. Jadi, guru yang mengajar dalam sistem ini harus terlebih dahulu mengikuti pelatihan di dunia usaha dunia industri (re: dudi) agar dapat memahami dan mengajarkan proses produksi sesuai kebutuhan lapangan," ujar Ragil, Senin, 14 April 2025.

Lebih lanjut, Ragil menjelaskan bahwa pembelajaran Tefa disesuaikan dengan prosedur industri di sekolah dan pelaksanaan pembelajaran. Guru yang telah menjalani pelatihan dan mendapatkan sertifikat kemudian menyampaikan materi kepada peserta didik menggunakan sistem pembelajaran blok, yaitu jadwal pembelajaran intensif yang hanya berfokus pada mata pelajaran produktif dalam kurun waktu tertentu. Hal ini bertujuan agar peserta didik dapat menyerap ilmu secara lebih mendalam tanpa terdistraksi oleh mata pelajaran lain. 

Peserta didik tidak hanya belajar teori, tetapi juga langsung praktik sampai menghasilkan produk atau jasa sesuai jurusannya. Ragil juga menjelaskan bahwa perancangan jadwal dan teknis pelaksanaan dilakukan oleh Ketua Program Keahlian (Kaproli), sedangkan Tim Kurikulum berperan dalam pemantauan jalannya proses pelaksanaannya. 

"Kaproli berperan dalam merancang jadwal dan teknis pelaksanaan, sementara tim kurikulum memantau jalannya proses, misalnya guru LK yang telah mendapatkan pelatihan dari mitra industri akan mengajarkan treatment layanan kesehatan secara langsung kepada siswa,” ungkap Ragil. 

Pembelajaran Tefa memungkinkan peserta didik untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan standar industri yang berpotensi untuk dipasarkan.

Senada dengan Ragil, Kaproli LK, Siwi Niko Wisudawati mengungkapkan bahwa proses pembelajaran Tefa di Layanan Kesehatan khususnya dalam menjalankan MHC menggunakan sistem blok untuk kelas XI dengan memberikan teori dan praktik di laboratorium. “Pembelajaran dengan sistem blok, teori, dan praktik, setelah itu baru diadakan ujian untuk anak-anak yang sudah mengikuti pelatihan dan berniat menjadi terapis,” ungkap Siwi. 

MHC SMK Manuda awalnya bernama Manuda Beauty Care (MBC) yang memberikan pelayanan massage dan facial. Pergantian nama ini diiringi dengan adanya upgrade peralatan yang terbaru dan lebih lengkap. "Untuk facial yang masa sekarang kita sudah dapat upgrade dari pemerintah menggunakan alat-alat terbaru. Kalau dulu facial tradisional biasa, sekarang kita sudah menggunakan alat-alat terkini,” terangnya.

Selain pelayanan massage dan facial, MHC juga melakukan pelatihan untuk layanan bekam dengan memfasilitasi peserta didik laki-laki Layanan Kesehatan untuk menjadi terapis. "Untuk facial dan massage terapisnya perempuan, kalo bekam besok insya Allah terapisnya laki-laki. Jadi, memfasilitasi siswa (laki-laki) layanan kesehatan untuk Tefa-nya bekam," ungkap Siwi. 

Seperti yang diungkapkan Siwi sebelumnya, pengembangan Tefa LK ini tidak terlepas dari bantuan pemerintah yang diberikan kepada SMK Manuda dalam pengembangan proses pembelajaran Tefa. Bantuan ini digunakan seoptimal mungkin untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan meningkatkan pelayanan Tefa MHC.

Pembelajaran Tefa ini disambut baik oleh peserta didik yang kini sudah bertindak sebagai terapis. Tefa MHC dilakukan secara langsung oleh peserta didik setelah melalui tahapan seleksi dan ujian hingga dibekali dengan pembelajaran dan pelatihan oleh guru. Beberapa peserta didik yang terpilih kemudian menyalurkan ilmu yang telah didapat kepada sesama teman.  

"Awalnya kita diberitahu oleh guru mapel kalau ada program MHC, terus kami mengikuti pelatihan dan ngajarin ke  teman-teman yang lain,” kata Dwi (14/4), salah satu terapis dari XI LK A.

Dwi dan Binta, peserta didik terapis MHC mengaku awalnya grogi saat harus melakukan terapi langsung ke pasien di luar sekolah. Namun, mereka bisa mengatasinya dengan mengenali setiap karakter pasien dan melatih komunikasi yang baik dengan pasien. “Deg-degan, takut salah. Kalau ke orang luar rasanya canggung,” ungkap Dwi.
 
Sejalan dengan Dwi, Binta pun merasakan hal yang sama khususnya terkait komunikasi dengan pasien. “Yang paling susah itu komunikasinya karena setiap orang beda-beda. Ada yang terbuka untuk cerita ada yang engga. Jadi, awalnya harus mengenali karakter orang dulu,” tambah Binta. 

Di balik kendala yang dihadapi, peserta didik merasa senang menjadi bagian dari terapis Tefa MHC. Selain mereka memiliki kemampuan dalam terapis, pelatihan tersebut juga dapat menunjang karir di masa depan. “Iya, soalnya dibilang dasar juga bukan. Kita sekolah di SMK, jadi misalnya mau daftar ke klinik kecantikan, pengalaman ini bisa kita gunakan sebagai skill dasar,” jelas Binta.
Layanan Manuda Health Care.

MHC SMK Manuda memberikan berbagai layanan kecantikan dan kesehatan kepada masyarakat dengan harga terjangkau. Beberapa layanan yang diberikan antara lain, facial basic, facial oxy, facial setrika wajah, massage tradisional, massage lulur, dan massage stone. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp 35.000 hingga Rp 75.000.  MHC buka dari hari Senin-Sabtu, pukul 08.00-14.00. Masyarakat juga bisa menggunakan pilihan paket promo facial dan massage dengan harga yang lebih murah. Meskipun dengan harga yang lebih murah, tetapi pelayanan yang diberikan maksimal dan menggunakan alat-alat kecantikan dan kesehatan yang canggih. 

Pelayanan yang diberikan MHC kepada masyarakat sudah optimal, baik dari peralatan, kesediaan ruang, hingga pelayanan terapi. Namun, terdapat beberapa masukan terkait promosi yang dilakukan pihak MHC. Wiwit, salah satu pelanggan MHC menyatakan bahwa MHC telah mencuri banyak perhatian orang dengan fasilitas kesehatan yang cukup lengkap dan alat-alat medis yang memadai. Namun, meskipun mendapatkan banyak pujian terkait peralatan dan kualitas ruangan, masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memaksimalkan pelayanan yang diberikan. Salah satunya adalah dalam hal promosi yang menurut sebagian kalangan masih belum cukup optimal. 

"Manuda Health Care luar biasa, peralatannya lengkap dan ruangannya nyaman. Namun, saya rasa mereka masih kurang dalam hal promosi, yang sayang jika dilewatkan,” ungkap Wiwit, Kamis, 17 April 2025. 

Namun, ia merasa puas dengan pelayanan yang diberikan MHC, meskipun dari terapis terkadang masih kurang percaya diri. "Pelayanan yang diberikan sudah cukup baik, ruangan juga bersih, wangi, dan para petugasnya memakai Alat Pelindung Diri (APD) yang lengkap, tetapi memang kadang (terapis) masih kurang percaya diri. Semoga ke depannya bisa lebih PD dan yakin lagi, karena sebenarnya pelayanannya sudah bagus," ungkapnya. 

Ia berharap ke depannya MHC bisa berkembang dan menambah berbagai peralatan yang makin lengkap, serta adanya penambahan ruangan. 

SMK Manuda telah mengenalkan produk MHC kepada masyarakat dengan berbagai cara. Winarti, selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat mengungkapkan bahwa langkah utama yang dapat dilakukan MHC dalam mengenalkan produk Tefa kepada masyarakat adalah dengan melakukan sosialisasi langsung di pertemuan-pertemuan masyarakat. Kegiatan sosialisasi ini dilakukan melalui berbagai pertemuan masyarakat, seperti pertemuan PKK, karang taruna, dan pertemuan ibu-ibu. MHC memberikan informasi mengenai layanan yang tersedia serta menawarkan beberapa diskon khusus kepada masyarakat agar lebih menarik. 

“Kami terutama dari humas tentu mengenalkan produk Tefa kepada masyarakat secara masif ya, seperti sosialisasi di pertemuan masyarakat yang tentu bisa memperluas jangkauan promosi produk Tefa,” ucap Winarti, Rabu, 16 April 2025.

Pihak Humas dan pengelola MHC juga menawarkan harga layanan yang lebih murah dibandingkan klinik kecantikan pada umumnya dengan kualitas yang sebanding, bahkan dengan alat yang lebih canggih. Hal ini  dilakukan karena tujuan utama MHC adalah memberikan pengalaman kepada peserta didik dalam berbisnis di bidang kecantikan. Selain harga yang bersaing, MHC juga memberikan diskon tambahan, sehingga masyarakat bisa mendapatkan layanan kecantikan dengan harga yang jauh lebih murah, tetapi tetap berkualitas. "Strategi harga ini merupakan bentuk komitmen sekolah dalam mendukung kompetensi siswa sekaligus memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar," ungkap Winarti. 

Tantangan terbesar dalam pengelolaan MHC memang tidak terlepas dari segi promosi karena adanya persaingan yang sangat ketat dengan klinik kecantikan di sekitar. Winarti menyebutkan bahwa tantangan ini disikapi dengan peningkatan layanan MHC yang lebih baik dan berkualitas dibandingkan klinik kecantikan lainnya, khususnya peningkatan kualitas dan promosi dari pihak sekolah. “untuk menghadapi tantangan ini, pihak sekolah akan terus meningkatkan kualitas pelayanan dan promosi yang lebih aktif agar MHC tetap menjadi pilihan utama masyarakat,” tukas Winarti.***

Tim Redaksi:
1. Cinta Oktaviana
2. Mayline Rizky Cahyani
3. Ade Prasti Ramadhani
4. Laila Dwi Riyanti
5. Dede Nava Ayu Ningsih

Pembimbing: Elsa Rakhmanita, S.Pd.

Posting Komentar